Kisah Yang Paling Mengharukan Di Dunia 2 - Cinta Ini Milikmu, Mama
Cinta Ini Milikmu, Mama
Kisah Yang Paling Mengharukan Di Dunia
Kisah Yang Paling Mengharukan Di Dunia
"Rosa, bangun ... Sarapanmu sudah Mama hidangkan di meja."
Tradisi itu sudah berlangsung selama 26 tahun, sejak pertama kali aku boleh mengingat. Kebiasaan Mama tak pernah berubah.
"Mama sayang, tidak usah susah-susah, aku sudah dewasa." pintaku pada mama pada suatu pagi.
Wajah tua itu langsung berubah. Pun ketika mama mengajakku makan siang di sebuah restorang. Buru-buru kukeluarkan wang dan kubayar semuanya, ingin ku balas jasa mama selama ini dengan hasil keringatku. Taur sedih itu tak boleh disembunyikan.
Kenapa mama mudah sekali sedih? Aku hanya boleh mereka-reka, mungkin sekarang fasena aku mengalami kesuliatan memahami mama kerana dari sebuah artikel yang kubaca orang yang lanjut usia boleh sangat sensitif dan cendenrung untuk bersikap kekanakan, tapi entahlah ... MIatku ingin membahagiakan malah membuat mama sedih. seperti biasa, mama tidak pernah mengatakan apa-apa.
Suatu hari kuberanikan diri untuk bertanya, "Ma, maafkan aku kalau telah menyakiti perasaan mama. Apa yang bikin mama sedih?" Kutatap sudut-sudut mata mama, ada genangan air mata disana. Terbata - bata Mama berkata, "Tiba - tiba, Mama merasa kamu sudah tidak lagi memerlukan Mama. Karna sudah dewasa, sudah boleh menyara diri sendiri. Mama tidah boleh lagi menyiapkan sarapan untuk kamu, Mama tidak boleh lagi jajanin kamu. Semua sudah boleh kamu lakukan sendiri. "
Ah, Ya Tuhan, ternyata bagi seorang ibu bersusah payah melayani Putra-Putrinya adalah sebuah kebahagiaan. Suatu hal yang tak pernah aku sedari sebelumnya. Miat membahagiakan boleh jadi malah membuat orang tua menjadi sedih kerana kita tidak berusaha untuk saling membuka diri melihat erti kebahagiaan dari seudut pandang masing masing.
Diam-diam aku merenungkan. Apa yang telah ku persembahkan untuk mama pada usiaku sekarang? adakah Mama bahagia dan bangga pada anaknya?
Ketika itu ku tanyakan pada mama. Mama Menjawab, "banyak sekali kebahagiaan yang telah kamu berikan pada mama, Nak. Kamu tumbuh sihat dan lucu ketika bayi adalah kebanggaan buat mama. Setelah dewasa, kamu berperilaku sebagaimana seharusnya seorang hamba, itu kebahagiaan buat mama. Setiap kali binar matamu mengisyaratkna kebahagiaan, disitulah kebahagiaan orang tua. "
Lagi - lagi aku hanya boleh berucap, "Ampuni aku, ya Tuhan jika selama ini sedikit sekali ketulusan yang kuberikan kepada mama. Masih banyak alasan ketika mama menginginkan sesuatu."
Betapa sabarnya ibuku melalui liku-liku kehidupan. Ibuku adalah seorang idealis, menata keluarga, merawat dan mendidik anak-anak adalah hak prerogatif seorang ibu yang takkan boleh dilimpahkan kepada sesiapa pun.
Ah, maafkan kami, Mama ... 18 jam sehari sebagai "pekerja" seakan tak pernah membuat mama lelah ... Sanggupkah aku, Ya Tuhan?
"Rosa, bangun nak. Sarapan sudah mama siapin di meja."
Kali ini aku melompat segera, buka pintu bilik dan kurangkul mama sehangat mungkin, ku ciumi pipinya yang mulai keriput, ku tatap matanya lekat-lekat dan kuucapkan, "Terimakasih, Mama, aku beruntung sekali memiliki mama yang baik hati, izinkan aku membahagiakan mama. "
Kulihat binar itu memancarkan kebahagiaan. Cintaku ini milikmu, Mama. Aku masih sangat membutuhkanmu. Maafkan aku yang belum boleh menjabarkan erti kebahagiaan buat dirimu.
Sahabat, tidak selamanya kata sayang harus diungkapkan dengan kalimah "Aku sayang padamu". Namun begitu, Tuhan menyuruh kita untuk menyampaikan rasa cinta yang kita punya kepada orang yang kita cintai.
Ayuh, kita mulai dari orang terdekat yang sangat mencintai kita, Mama. Walau mereka tidak pernah meminta. Percayalah .... kata - kata itu akan sangat bererti dan membuat mereka sangat bahagia.
"Ya Allah, Cintailah Mama ku, beri aku kesempatan untuk bisa membahagiakan Mama. Dan jika saatnya nanti mama kau panggil, terimalah dan jagalah ia di sisiMu. Titip Mama ku, ya Allah."
Untuk dan oleh semua Mama yang mencintai anak-anaknya dan semua anak yang mencintai Mama nya.
|